Kamis, 22 September 2011

Training Karyawan Itu Tanggungjawab Atasan

Oleh:  Dadang Kadarusman

Hore, Hari Baru! Teman-teman.
                                                                                              
Dalam pengamatan saya, masih sangat banyak karyawan yang mendapatkan training kurang dari 8 jam per tahun. Banyak juga yang hanya 2 jam. Bahkan mereka yang sudah bekerja selama bertahun-tahun banyak sekali yang tidak mendapatkan training sama sekali. Mobil Anda, pasti membutuhkan perawatan setiap 20,000 kilometer. Ganti oli setiap 5,000 kilometer. Dan tambahan tekanan angin pada ban kapanpun dibutuhkan. Orang-orang yang Anda pimpin kira-kira membutuhkan perawatan serupa itu. Setiap bulan, mereka membutuhkan lebih dari sekedar gaji. Mereka juga butuh penyegaran bagi jiwanya, motivasi yang mengobarkan semangatnya. Pencerahan yang mampu menumbuhkan optimisme didalam dirinya. Jika Anda merasa tidak memiliki cukup budget training untuk mengirimkan semua karyawan ke ruang-ruang training yang mahal, Anda tenang saja. Bukan hanya Anda yang mengalami hal itu. Semua atasan mengalami masalah serupa. Ada sih atasan yang tidak pusing. Yaitu, atasan yang tidak begitu memikirkan program pengembangan bagi anak buahnya. Apakah Anda termasuk atasan yang peduli pada pengembangan anak buah?
 
Selama Anda peduli pada mereka, maka sudah bisa dipastikan jika berapapun budget training yang Anda dapatkan tidak akan pernah cukup. Mengapa? Karena ilmu itu begitu banyaknya. Oleh sebab itu, para pemimpin seperti kita ini dituntut untuk bisa melakukan suatu program pengembangan yang sesuai dengan kondisi yang ada. Itulah yang saya lakukan dulu ketika masih bekerja sebagai seorang profesional. Meski sekarang saya sudah berprofesi sebagai Trainer Profesional  yang memang mendapatkan bayaran dari pelayanan training yang saya berikan, namun saya tidak pernah henti memikirkan; bagaimana caranya para atasan mengelola program pengembangan anak buahnya tanpa tergantung kepada budget training mereka. Bagi Anda yang tertarik menemani saya terus belajar merancang dan melakukan program training untuk bawahannya dengan mengoptimalkan sumberdaya yang ada, saya ajak memulainya dengan mempraktekkan 5 kemampuan Natural Intellligence berikut ini:
 
1.      Mulailah dengan hal-hal yang sederhana. Kerumitan kita dalam berpikir sering berdampak buruk kepada tindakan yang kita ambil. Banyak orang yang masih mengira bahwa training adalah urusan yang rumit. Padahal training bagi bawahan Anda itu memiliki tingkatan-tingkatannya dari yang sangat sederhana hingga hal yang sangat rumit. Lupakan hal-hal yang rumit jika Anda sudah lama tidak mentraining anak buah Anda. Mengapa? Karena mereka yang sudah lama tidak ditraining – hampir pasti – memiliki agenda penting untuk membenahi hal-hal sederhana. Contohnya; perhatikan jika beberapa anak buah Anda sering terlambat masuk kantor. Atau, perhatikan jika mereka masih sering mengambil waktu istirahat lebih banyak dari seharusnya. Atau, mereka masih mengulangi pekerjaan karena kesalahan yang tidak perlu. Hal-hal sederhana seperti itu bisa jadi merupakan agenda penting untuk ditangani. Training yang Anda lakukan untuk mereka bisa mulai dari hal-hal aktual seperti itu. Dan untuk melakukannya, Anda tidak membutuhkan Trainer Profesional seperti saya. Anda bisa melakukannya sendiri at no cost at all.
 
2.      Fokuslah kepada pemberdayaan. Training terbaik menurut pendapat saya adalah; training yang mampu meningkatkan kesadaran peserta untuk memberdayakan diri mereka sendiri. Bukan training yang mahal. Bukan training yang rumit. Bukan training yang dibawakan oleh orang-orang terkenal…..seperti saya (terkenal dari hongkong?). Siapa yang memberi training menjadi tidak terlalu penting, selama dia bisa membuka kesadaran itu. Pilihlah topik training atau materi diskusi soft skills yang mendorong pemberdayaan diri untuk mendampingi training-training technical skills yang Anda berikan. Mengapa? Banyak orang yang sudah terampil bekerja, tetapi tidak memiliki motivasi untuk bekerja secara maksimal. Banyak orang yang mampu, tetapi tidak percaya pada kemampuan dirinya sendiri. Dan banyak orang yang sudah dewasa namun masih suka menggandoli atasannya untuk suatu urusan yang seharusnya sudah bisa diselesaikannya sendiri. Bukankah prinsip kepemimpinan itu adalah mendapatkan hasil dengan cara mengoptimalkan efek dari pekerjaan orang-orang yang kita pimpin? Jika demikian, maka pemberdayaan diri anak buah kita menjadi salah satu faktor paling penting untuk mewujudkannya. So, fokuslah kepada pemberdayaan.
 
3.      Pertimbangkanlah minat mereka. Sesekali Anda boleh menanyakan kepada anak buah Anda; topik training apa sih yang mereka inginkan? Banyak atasan yang mengira bahwa apapun yang dipikirkannya pasti cocok untuk anak buahnya. Dulu, saya pernah begitu. Dan ternyata saya keliru. Saya baru menyadarinya ketika mengajukan pertanyaan diatas kepada mereka. Hal itu juga membantu saya ‘menemukan’ topik yang tepat untuk mereka. Lebih dari itu, juga membantu saya mendapatkan komitmen mereka. Selama topik itu bisa memperkaya jiwa mereka, menambah energy positif mereka, meningkatkan wawasan mereka; ya hayu-in aja. Percayalah, Anda tidak akan pernah rugi mendengarkan mereka. Bahkan, Anda bisa meminta salah satu dari mereka itu yang menjadi narasumbernya. Hah?! Benarkah? Sungguh, jabatan sebagai atasan tidak menjadikan kita tahu segalanya. Dan posisi mereka sebagai bawahan tidak berarti ilmunya tidak mumpuni. Tidak percaya? Coba saja buktikan sendiri. Anda akan belajar banyak hal dari mereka. Sekali merengkuh dayung, dua tiga pulau terlampaui. Saat mengembangkan mereka, kita sendiripun ikut berkembang pula.
 
4.      Pastikan adanya proses implementasi. Sungguh, begitu banyak training hebat yang ilmunya menguap segera setelah peserta keluar dari ruang training. Begitu banyak modul tebal yang sama sekali tidak bisa diimplementasikan. Jika Anda meragukan apa yang saya katakan, silakan cek; sebagai atasan apakah Anda pernah mengikuti training seharga ribuan dollar atau puluhan juta? Jika ya, cek lagi, berapa persen dari ilmu mahal yang Anda pelajari itu benar-benar diimplementasikan? Percayalah, saya sendiri pernah begitu. Maka kriteria lain dari training yang berhasil adalah ketika ada perubahan perilaku dan cara bekerja setelah mengikuti training. Soal ini juga tidak terlalu dipengaruhi oleh trainernya. Undanglah trainer yang terbaik dikelasnya menurut penilaian Anda (bukan menurut klaim trainernya). Lalu biarkanlah anak buah Anda yang sudah ikut training itu tanpa Anda intervensi. Maka saya yakin, sehebat apapun trainer dan trainingnya, para peserta tidak akan secara voluntary mengimplementasikannya dalam aktivitas kerja sehari-hari. Mereka hanya akan mengimplementasikannya, jika dan hanya jika sebagai atasannya; Anda mengkondisikan dan memastikan adanya proses implementasi.
 
5.      Jagalah konsistensi iramanya. Ingatlah kembali mobil Anda yang membutuhkan perawatan rutin dan berkala. Hanya dengan kedisiplinan dan menjaga konsistensi perawatannya saja Anda akan bisa menjaga performanya. Begitu pula dengan kualitas kerja orang-orang yang Anda pimpin. Butuh konsistensi dalam pengembangan dan penyegaran pribadinya agar Anda mendapatkan hasil optimal. Bahkan oli mesin terbaik pun harus dikuras, lalu diganti lagi dengan yang baru. Begitu pula dengan motivasi dan moral kerja anak buah kita. Harus selalu kita ganti dengan yang baru dan lebih menyegarkan. Jika tidak, maka mereka akan mengalami keausan dalam mesin kinerjanya. Anda pun kehilangan performanya. Setiap 5,000 kilometer, oli mesin Anda diganti. Setiap bulan, karyawan Anda pun membutuhkan penyegaran tanpa harus selalu bergantung kepada berbagai keterbatasan. Percayalah, saya pernah berada pada posisi seperti Anda. Tetapi, untuk team saya; masih ada 1 kali pertemuan penyegaran setiap bulan yang kami lakukan secara mandiri. Biayanya? Rp. 100,000.- pun cukup untuk membuat graham semua orang mengunyah sesuatu. Soal ini, saya berani katakan; “ANDA BISA!”, Insya Allah.
 
Mari sekali lagi kita perhatikan ke-5 hal diatas. Anda bisa melakukan semuanya. Meskipun Anda tidak sanggup mengundang trainer eksternal ke ruang kelas Anda. Caranya? Banyak. Sesekali, Anda sendiri yang harus tampil didepan kelas. Anda bisa menunjuk seorang staf untuk berbagi ilmu kepada teman-temannya. Anda bisa meminta kepala departemen lain untuk mengisi acara di team Anda. Atau, Anda juga bisa MENGGUNAKAN salah satu artikel yang saya tulis untuk dibahas didalam kelas. Silakan lho, dibayar pakai doa pun sudah lunas. Anda bisa melakukannya dengan mengoptimalkan sumber daya internal yang ada. Janganlah lagi menjadikan keterbatasan budget training sebagai alasan untuk menihilkan proses pelatihan bawahan Anda. Berhentilah berangan-angan untuk selalu mengundang pembicara dari luar. Fungsi Trainer Profesional  itu seperti ‘pemeran pembantu’ dalam sebuah film. Sedangkan Anda, adalah pemeran utamanya. You are the movie star! Memang banyak manfaatnya untuk mengundang trainer dari luar. Tetapi percayalah, diluar sana tidak ada trainer yang bisa menggantikan Anda sebagai pemeran utama dalam film berjudul; “GROW YOUR PEOPLE!”
 
 
Mari Berbagi Semangat!
DEKA – Dadang Kadarusman – 6 September 2011
Penulis buku ”Natural Intelligence Leadership” (rencana terbit Oktober 2011)
Catatan Kaki:
Tidak ada seorang pun yang bisa mengambil alih tanggung jawab pengembangan anak buah kita, selain kita sendiri sebagai atasannya.
 
Jika pertanyaan-pertanyaan Anda belum mendapatkan jawaban dari saya, silakan untuk mengeceknya di  Frequently Asked Question (FAQ) dalam website kami.
 
Silakan di-share jika naskah ini Anda nilai bermanfaat bagi yang lain. Tapi tolong, jangan diperjualbelikan ya.

Senin, 5 September, 2011 19:40

Tidak ada komentar:

Posting Komentar