Minggu, 11 September 2011

Peran Pribadi Di Dunia Kecil Kita

Oleh: Dadang Kadarusman

Hore, Hari Baru! Teman-teman.

Dunia kita terbilang besar. Buktinya, tak seorangpun pernah menginjakkan kakinya di setiap jengkal tanah. Dunia kita juga kecil. Buktinya, kita lebih banyak menghabiskan waktu di tempat atau lingkungan yang itu-itu saja. Di awal milenium ketiga, kita menyebut dunia sudah menjadi datar. Mungkin, hari ini kita boleh mengatakan jika dunia sudah mengkerut. Betapa tidak? Jarak sudah tidak lagi relevan dizaman ini. Pengaruh tindakan kita bisa secepat kilat menyebar ke seluruh dunia. Gagasan yang dilontarkan seseorang di New York City, bisa sampai ke Jakarta dalam sepersekian detik. Sebaliknya, gagasan yang kita bagikan di Jakarta, bisa memasuki setiap lorong jembatan komunikasi di seluruh dunia dalam sekejap mata. Kecilnya dunia, tidak hanya berupa kiasan. Tetapi juga bermakna sebenarnya. Lingkungan yang kita tinggali, adalah dunia kecil yang sesungguhnya. Sudahkah kita memainkan peran pribadi untuk menjadikan dunia kecil kita lebih baik dari hari ke hari?

Sudah lama saya tidak menggunakan jembatan yang menghubungkan Polda Metro Jaya dan Plaza Semanggi. Ketika kesana kemarin, suasananya berbeda sekali. Sejak menginjak tangga pertama, saya tidak melihat sampah atau debu yang biasanya menumpuk. Begitu tiba diatas, saya mengerti; mengapa jembatan itu sedemikian bersihnya. Ada seorang pribadi istimewa yang beringsut-ingsut menyapunya. Mengapa dia istimewa? Karena tubuhnya tidak sesempurna kebanyakan orang. Namun, dengan tangan yang hanya sebelah itu, dia melakukan sesuatu yang membuat lingkungannya menjadi bersih. Dalam keadaan yang serba terbatas itu, dia telah memainkan peran penting untuk menjadikan dunia kecilnya indah. Bagaimana dengan kita? Bagi Anda yang tertarik untuk menemani saya belajar mengambil peran pribadi dalam dunia kecil yang kita huni, saya ajak untuk memulainya dengan mempraktekkan 5 pemahaman Natural Intellligence berikut ini:

1. Pilihlah peranmu sendiri.

Ada yang berperan sebagai pengemis, pedagang, pejalan kaki, pembuang sampah, bahkan mungkin juga disana ada pencoleng. Tetapi, Bapak yang tubuhnya tidak sesempurna kita itu memilih perannya sendiri. Peran yang sungguh membuat dunia kecil itu begitu indah. Semua jembatan penyeberangan membutuhkan orang yang mau memilih peran positif seperti beliau. Dunia kecil yang kita tinggali juga sama. Dunia kecil kita, bisa saja berupa ruang kantor yang yang kita datangi setiap hari. Komplek perumahan yang kita tinggali. Atau komunitas dunia maya dimana kita bergabung didalamnya. Didalam dunia kecil kita, setiap orang mengambil perannya sendiri-sendiri. Pribadi istimewa itu menunjukkan bahwa dimanapun kita berada, hendaknya kita memilih peran kita sendiri. Beliau memberi contoh agar kita mengambil peran yang bernilai dan memberi dampak positif bagi dunia kecil kita. Beliau tidak memiliki kesempurnaan fisik. Namun jiwanya begitu sempurna. Pakaian yang beliau kenakan dipenuhi dengan debu. Namun, hati beliau berkilau dengan cahaya. Melihat beliau, seolah sedang menyeru sebuah kalimat indah; “Wahai pribadi-pribadi yang fisiknya sempurna, sudahkah engkau memilih peran untuk memperindah dunia kecilmu?”

2. Mainkanlah peran pilihanmu sendiri.

Secara struktural, Dinas Kebersihan DKI bertanggungjawab untuk memastikan semua jembatan penyeberangan dan fasilitas umum di Jakarta tetap bersih. Tetapi, menumpahkan semua tanggungjawab itu kepundak petugas kebersihan sungguh tidak realistis. Pribadi istimewa itu, memainkan perannya dengan piawai tanpa banyak bicara, karena beliau faham benar bahwa perannya memang bukan sebagai ‘pembicara’. Beliau sadar bahwa tempat para pembicara adalah di ruang-ruang meeting dan forum ilmiah. Bukan didunia kecil yang dihuninya. Tidak cocok jika dia berbicara ditempat itu. Di kantor atau di lingkungan rumah kita juga sama. Setiap orang memiliki perannya masing-masing untuk memperindah dunia kecil itu. Sayangnya kita masih sering menggerutu. Pak RT dan Pak managernya kurang perhatian. Pak direkturnya sibuk sendiri. Pak Presidennya kurang tegas mengambil keputusan. Barangkali, memang itulah peran yang mereka pilih untuk dunianya. Namun, pribadi istimewa di jembatan penyeberangan itu, tidak tertarik untuk menghakimi peran orang lain. Dia memilih untuk memainkan peran penting yang dipilihnya sendiri; menjadikan dunia kecilnya indah. Sudahkah kita memainkan peran yang kita pilih?

3. Jauhilah sifat pamrih kepada manusia.

Pribadi istimewa itu memiliki begitu banyak pilihan untuk meminta imbalan. Bahkan imbalan untuk sekedar duduk disana. Dia bisa saja mengemis seperti ‘penghuni’ lainnya. Tetapi tidak melakukannya. Dia bisa saja meminta upah atas pekerjaan pembersihan yang dilakukannya. Tetapi, dia juga tidak lakukan. Jika Anda melintas di jembatan itu, tataplah wajahnya. Anda tidak akan melihat isyarat meminta imbalan kepada Anda yang melintasi jembatan yang dibersihkannya. Jelas sekali jika beliau tidak memiliki pamrih kepada manusia. Jadi, siapa yang membalas jasanya? Kita yang bertubuh sempurna ini sering menuntut imbalan dimuka. ‘What in it for me?’ begitulah bahasa kerennya. Kalau tidak ada imbalannya, ngapain saya melakukannya? Tuhan menggerakkan hati orang-orang baik untuk berbagi rezeki dengan pribadi istimewa yang telah berbuat baik dalam dunia kecilnya itu. Semoga Tuhan pun berkenan untuk menjamin kecukupan dan berkah nafkah orang-orang yang tanpa pamrih memainkan peran positif bagi dunia kecilnya masing-masing.

4. Hunilah dunia kecil yang sudah kita benahi.

Hitungan matematis kita sering mengkalkulasi untung dan rugi. Rasanya rugi sekali jika kita melakukan tindakan baik tetapi orang lain yang menikmatinya. Enak di elo, susah di gue! Apalagi jika manfaat tindakan baik yang kita lakukan itu didapatkan oleh orang-orang yang tidak kita kenali. Pribadi istimewa itu tidak mengenal saya. Tidak juga mengenal orang lainnya yang berjalan hilir mudik. Tapi saya percaya sepenuhnya bahwa setiap orang yang melintas disana merasakan nyamannya berjalan dijembatan penyeberangan yang bersih lagi rapi. Berbeda 180 derajat dengan kebanyakan jembatan penyeberangan lainnya yang penuh sampah, bahkan kadang berbau pesing. Orang itu melakukan sesuatu untuk orang-orang yang tidak dikenalnya. Tetapi lebih dari itu, beliau sendiripun turut merasakan kebersihan yang diciptakannya sendiri. Jika kita bersedia untuk melakukan sesuatu bagi keindahan dunia kecil kita, maka bukan hanya orang lain yang bisa memetik manfaatnya. Kita sendiripun bisa merasakannya. Bahkan boleh jadi, kepuasan didalam hati kita melampaui kenikmatan fisikal yang kita dapatkan. Maka benahilah dunia kecilmu. Dengan begitu, engkau akan menghuni tempat yang lebih indah untuk dirimu.

5. Rancanglah dunia kecil masa depanmu.

Iman kita memberitakan tentang sebuah tempat yang menjadi asal muasal diri kita. Semua orang berusaha untuk bisa kembali lagi ketempat itu. Tempat dimana manusia pertama yang menjadi nenek moyang sejati kita tinggal. Kita menyebutnya surga. Guru kehidupan saya menceritakan bahwa surga itu sebuah tempat hunian indah nan asri. Setiap rumah dibangun dengan rancangan arsitektur yang berbeda-beda. Setiap orang memiliki rumah dengan model dan disainnya sendiri-sendiri. Siapakah arsitek yang sedemikian piawainya membuat disain yang bervariasi? Malaikatkah? Bukan. Tuhankah? Bukan. Lantas siapa? Arsiteknya adalah penghuninya sendiri. Lantas, bagaimana orang awam bisa membuat arsitektur hunian yang sedemikian indahnya? Beliau bilang;”Setiap perbuatan baik seseorang, menghasilkan sebuah goresan garis rancangan.” Maka setiap gerakan sapu dari tangan pribadi istimewa di jembatan penyeberangan itu, menghasilkan satu garis indah dalam rancangan arsitektur rumah surganya. Perbanyaklah perbuatan baik, agar disain rancangan rumah surgamu menjadi semakin sempurna. Karena kesempurnaan rancangan hunian abadi kita, ditentukan oleh kesempurnaan amak baik yang kita lakukan untuk dunia kecil kita.

Dunia yang kita huni adalah cermin yang memantulkan perilaku kita apa adanya. Selama masih ada orang yang peduli untuk selalu membuatnya menjadi indah, maka dia akan selalu memperlihatkan pantulan indah. Tetapi jika tak seorangpun peduli, dunia kecil ini pun akan memperlihatkan citra ketidakpedulian penghuninya. Jika kita masih sering merasakan dunia kecil kita tidak nyaman untuk dihuni, mungkin karena tak seorangpun bersedia untuk membenahinya. Jika kita tidak melakukannya dengan tangan kita sendiri, mungkin ada orang lain yang akan melakukannya. Mungkin juga tidak. Tetapi jika kita bersedia melakukannya dengan tangan kita sendiri, mungkin kita bisa membuat sebuah perbedaan kecil, namun cukup bermakna. Dunia seperti apakah yang ingin Anda huni?

Mari Berbagi Semangat!
DEKA - Dadang Kadarusman - 19 Agustus 2011
2 HOURS AT YOUR BUDGET™ Since 17 August 2011
Penulis buku ”Tuhan Terimalah Taubatku”

Catatan Kaki:
Ketika kita sibuk mempermasalahkan ketidaknyamanan lingkungan kita, seseorang yang tubuhnya tidak sempurna sibuk memperindah dunia kecil yang kita tinggali.

Silakan di-share jika naskah ini Anda nilai bermanfaat bagi yang lain. Tapi tolong, jangan diperjualbelikan ya.

Kamis, 18 Agustus, 2011 21:15

Tidak ada komentar:

Posting Komentar